- See more at: http://blog-rangga.blogspot.com/2013/01/cara-mengganti-icon-kursor-blog-dengan.html#sthash.s4mqEevC.dpuf SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI
Loading
18.16

ASUHAN KEBIDANAN PADA MIOMA UTERI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah Fibronoma, leimioma atau poun Fibrid (Saifuddin, 1999).
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% – 11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Saifuddin, 1999).
Bila mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus dipikirkan kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) (Sastrawinata, 1988). Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak berumur 35 – 45 tahun (25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur (Saifuddin, 1999).
Walaupun biasanya asimptomatik, leiomyomata dapat menyebabkan banyak problema termasuk metrorrhagia dan menorrhagia, rasa sakit bahkan infertilitas. Memang, perdarahan uteri yang sangat banyak merupakan indikasi yang paling banyak untuk dilakukan histerektomi.

1.2    Tujuan
1.2.1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan Mioma Uteri dan Anemia Sedang di Ruang Gynekologi Irna A Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.


1.2.2.      Tujuan Khusus
1.2.2.1                 Melakukan pengkajian data subjektif pada ibu dengan mioma uteri dan anemia sedang di Ruang Gynekologi Irna A Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
1.2.2.2                 Melakukan pengkajian data objektif pada ibu dengan Mioma Uteri dan Anemia Sedang di Ruang Gynekologi Irna A Kebidanan RSUP. Dr. M. Djamil
1.2.2.3                 Melakukan analisa/diagnosa masalah pada ibu dengan Mioma Uteri dan Anemia Sedang di Ruang Gynekologi Irna A Kebidanan RSUP. Dr. M. Djamil
1.2.2.4                 Melakukan penatalakasanaan asuhan kebidanan pada ibu dengan  Mioma Uteri dan Anemia Sedang di Ruang Gynekologi Irna A Kebidanan RSUP. M. Djamil
1.2.2.5                 Melakukan pendokumentasian SOAP

1.3    Batasan Masalah
Masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah bagaimana menerapkan asuhan kebidanan pada ibu dengan Mioma Uteri dan Anemia Sedang di Ruang Gynekologi Irna A Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.





















BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1          Pengertian
1.    Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat (Manuaba, 2001)
2.    Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid (Prawirohardjo,1996)
3.    Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas yang terdiri dari otot polos dan jaringan fibrosa (Sylvia A.P, 1994)
4.    Leiomioma adalah tumor uterus jinak tak berkapsul, berbatas tegas otot polos dengan beberapa elemen jaringan penyambung fibrosa (Taber, Ben Zion, 1994)
5.    Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi     jaringan ikat (Manuaba, 2001).

2.2     Etiologi
            Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri. Diduga  mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone;
  1. Estrogen
            Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim yang berubah menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih banyak daripada otot rahim normal. Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
  1. Progesteron
            Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
  1. Hormon pertumbuhan
            Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
  1. Umur
    Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
  1. Paritas
    Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
  1. Faktor ras dan genetik
    Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
  1. Fungsi ovarium
    Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.

2.3  Patofisiologi
      Skema patofisiologi dari Myoma Uteri dapat dijabarkan sebagai berikut:
     
            Skema Patofisiologi dari Myoma Uteri
             Sumber :  Sarwono Prawiroharjo, 1996
            Keterangan:
                        Myoma awalnya dipengaruhi oleh faktor hormonal. Hormon yang   berpengaruh adalah Estrogen. Estrogen setiap bulannya dikeluarkan oleh GnRH untuk       proses ovulasi dan saat menstruasi. Apabila estrogen dikeluarkan dalam jumlah       berlebih dan mengenai sel-se immatur otot yang ada pada rahim yang terjadi yaitu             munculnya Myoma uteri. Maka dari itu, myoma uteri sering ditemukan pada wanita           yang pada masa reproduksi dan sangat jarang ditemui pada wanita saat sebelum       hamil. Selain faktor hormonal, myoma uteri berkembang karena faktor-faktor lain             seperti umur, ras, menarche dini, keturunan, berat badan (Prawiroharjo, 1996)

2.4  Klasifikasi mioma uteri
                  Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
*      Mioma Uteri Subserosum
                  Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.  Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan ementum di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
*      Mioma Uteri Intramural
                        Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol- benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
*      Mioma Uteri Submukosum
                        Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan                   tumbuh kearah cavum uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan            besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar       dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt.
                        Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan                   perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.

1.2.Tanda Dan Gejala Mioma Uteri
                  Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya tanda dan gejala adalah        besarnya mioma uteri, lokasi dari mioma uteri dan perubahan terjadi pada mioma         uteri (Manuaba, 2001).
                  Berikut ini tanda dan gejalanya, yaitu :
1)   Perdarahan Abnormal
1.    Hipermenore
2.    Menorargia
3.    Metrorargia
4.    Menometrorargia
                  Yang sering menyebabkan perdarahan adalah jenis submukosa sebagai akibat         pecahnya pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan anemia yang       berat.
                  Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan antara lain:
1.  Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia. Endometrium sampai Adeno Karsinoma Endometrim.
2.  Permukaan Endometrium yang lebih luas dari biasa
3.  Atrofi Endometrium diatas Mioma Submukosum
4.  Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik (Saifuddin, 1999).
2)   Nyeri
      Timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
1.    Torsi bertungkai
2.    Infeksi pada mioma
3)   Gejala dan Tanda Penekanan
      Gejala ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Sehingga dapat menyebabkan:
1)   Retensio urin pada uretra
2)   Edema tungkai dan nyeri panggul pada pembuluh darah dan limfe di pinggul
3)   Konstipasi
4)     Infertilitas dan Abortus
                  Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars             interstitialis submukosum, juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi            rongga uterus (Prawiroharjo,1996)
5)   Gejala-Gejala Sekunder
1.    Anemia
2.    Lemah
3.    Pusing-pusing
4.    Sesak nafas
5.    Asites
6.    Polisitemia

1.3.  Penatalaksanaan Mioma Uteri
      Pilihan pengobatan myoma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi serta jenis myoma uteri itu sendiri.
1)      Konservatif dengan Pemeriksaan Periodik
            Tidak semua myoma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun medikamentosa terutama bila myoma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian myoma uteri memerlukan pengamatan 3-6 bulan, maksudnya setiap 3-6 bulan pemeriksaan pelvic dan atau USG pelvic seharusnya diulang.
            Pada wanita menopause, myoma biasanya tidak memberikan keluhan. Bahkan pertumbuhan myoma dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Estrogen harus digunakan dengan dosis yang terkecil-kecilnya pada wanita post menopause dengan myoma atau mengontrol gejala-gejala dan ukuran myoma harus diperiksa dengan pemerikaan pelvic dan USG pelvic setiap 6 bulan. Perlu diingat bahwa penderita myoma uteri sering mengalami menopause yang terlambat. Bila didapatkan pembesaran myoma pada masa post menopause, harus dicurigai kemungkinan keganasan dan pilihan terapi dalam hal ini adalah histerektomi total.
2)      Pengobatan Medikamentosa dengan GnRH
            Pada umumnya, pengobatan mioma uterus dilakukan secara operatif (miomektomi atau histerektomi), karena dahulu memang belum ditemukan pengobatan medikamentosa yang efektif untuk mioma uterus. Seperti diketahui bahwa pertumbuhan mioma dapat dipicu oleh estrogen, sehingga dewasa ini telah tersedia jenis obat yang dapat menekan pertumbuhan serta mengurangi pembesaran mioma. Obat tersebut adalah analog GnRH. Perlu ditekankan bahwa pemberian GnRH bukan untuk menghilangkan mioma melainkan untuk mepermudah tindakan operatif dan mengurangi histerektomi. Oleh karena itu GnRH diberikan sebelum tindakan operatif. Penelitian multisenter dilakukan pada 114 pasien dengan mioma uterus yang diberikan GnRH leuprolein asetat selama 6 bulan, didapatkan data sebagai berikut: selama penggunaan analog GnRH ditemukan pengurangan volume uterus rata-rata 67% , pada 90 wanita didapatkan pengurangan volume mioma uterus sebanyak 80%. Bila dilihat secara keseluruhan, maka rata-rata pengecilan mioma uterus terjadi sebanyak 44%.
            Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan yang berarti. Setiap mioma memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian analog GnRH. Ada mioma uterus yang sama sekali tidak memberikan respon terhadap analog GnRH. Makin tinggi kadar reseptor estrogen suatu mioma, makin tinggi pula respon terhadap analog GnRH. Pemberian analog GnRH menyebabkan perubahan degeneratif dari mioma, sehingga sensitivitas steroid menurun. Setelah selesai pemberian analog GnRH, maka sintesis steroid yang tadinya terhambat, akan muncul kembali, sehingga 4 bulan setelah pengobatan, mioma membesar kembali seperti semula.
            Mioma submukosum merupakan mioma uterus yang paling responsif terhadap pemberian analog GnRH. Mioma uterus yang kromosomnya menunjukkan penyimpangan dari yang normal merupakan mioma yang paling tidak responsif terhadap pemberian GnRH analog. Mioma subserosum merupakan mioma yang paling banyak mengalami penyimpangan, sehingga mioma jenis ini paling tidak responsif terhadap pemberian analog GnRH. Mioma submukosum dan intramural tidak banyak mengalami aberasi kromosom
 
            Keuntungan pemberian analog GnRH preoperasi adalah untuk:
a.                      Memudahkan pelepasan perlekatan dengan jaringan sekitar
b.                     Pada pascaoperasi jarang ditemukan perlekatan usus
c.                      Mengurangi volume uterus dan volume mioma uterus
d.                     Mengurangi anemia akibat perdarahan
e.                      Mengurangi perdarahan pada saat operasi
f.          Dengan mengecilnya mioma maka dapat dilakukan tindakan laparoskopi, atau bila tidak mungkin melakukan tindakan laparoskopi, maka laparotomi dapat dilakukan dengan sayatan pfannenstiel
g.         Pada pengangkatan mioma uterus tidak diperlukan insisi yang luas sehingga kerusakan miometrium menjadi minimal
h.                     Mempermudah pengangkatan mioma submukosum dengan histeroskopi
i.           Mempermudah melakukan vaginal histerektomi. Analog GnRH sebaiknya diberikan pada mioma yang besarnya sesuai usia kehamilan 14 sampai 18 minggu. Bila besarnya melampaui 18 minggu, maka pemberian GnRH tidak relevan lagi
j.           Bila situasi pasien yang ada tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan operatif, maka dapat dicoba lakukan pemberian analog GnRH jangka panjang untuk sekedar menekan pertumbuhan mioma uterus lebih jauh. Perlah dilakukan publikasi pemberian analog GnRH selama 2 tahun pada 51 wanita premenopause dengan mioma uterus yang menolak dilakukan tindakan operatif. Untuk mengatasi efek samping dari jangka panjang pemberian analog GnRH berupa hipoestrogen, maka diberikan estrogen-progesteron sebagai addback theraphy. Untuk mencegah osteoporosis dapat juga diberikan kalsium atau bifosfonat.

3)      Tindakan Operatif
1.   Myomectomi
                  Myomectomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Myomectomi dilakukan bila masih menginginkan keturunan dan syaratnya harus dilakukan dilatasi kuretase dulu untuk menghilangkan kemungkinan keganasan Myomectomi cukup berhasil untuk mengontrol perdarahan kronik akibat myoma.
                  Tindakan myomectomi dapat dikerjakan misalnya dengan extirpasi melalui vagina pada myom geburt. Malah sekarang ini myomectomi dapat dikerjakan dengan histeroskopi untuk kasus myoma submucosa dan dengan laparaskopi untuk kasus myoma subserosa. Angka kemungkinan terjadi kehamilan setelah myomectomi adalah 30-50%.
                  Perlu diingat untuk dilakukan pemeriksaan patologi anatomi segera setelah dilatasi kuretase dan myomectomi untuk menyingkirkan myosarcoma atau mixed mesodermal sarcoma.
                  Kerugian myomectomi adalah:
·   Melemahkan dinding uterus – ruptura uteri pada waktu hamil
·   Menyebabkan perlekatan
2.      Histerektomi
      Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau per vaginam. Histerektomi pervaginam sulit karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Histerektomi pervaginam diperlukan bila ada perbaikan cystocele, rectocele atau enterocele dan akan lebih mudah bila disertai prolapsus uteri.
      Histerektomi secara umum dilakukan pada myoma yang besar dan multiple. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supra vaginal (sub total) hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya dan bila histerektomi supravaginal ini dilakukan maka pemeriksaan pap smear harus dilakukan 1 tahun sekali.
      Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan 1 atau ke-2 ovarium, maksudnya untuk:
·  Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
·  Menjaga gangguan coronair atau aterosclerosis umum

4)      Radioterapi
      Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause dan diharapkan akan menghentikan perdarahan nantinya.
      Syarat-syarat dilakukan radioterapi adalah:
a.    Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
b.     Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
c.    Bukan jenis submucosa
d.   Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
e.     Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat menyebabkan menopause
f.     Tidak ada keganasan uterus

5)      Uteri Fibroid Embolization
      Sinonim dari uterine artery embolization dilakukan oleh ahli radiologi. Terapi ini dilakukan dalam keadaan pasien sadar tetapi diberi sedatif dan anti nyeri. Terapi ini tidak memerlukan anestesi umum. Dilakukan dengan memasukan kateter ke dalam arteri femoralis. Dengan gambaran imaging radiologis memasukan kateter ke dalam artery dan melepaskan partikel ke dalam arteri yang memberi suplai darah kepada mioma uteri tersebut. Hal tersebut dapat membuat mioma menjadi mengecil dan akhirnya mati.

1.4.Komplikasi Mioma Uteri
1)    Pertumbuhan Leiomiosarkoma
              Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 – 70 % dari semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong-konyong menjadi besar, apalagi jika hal itu terjadi sesudah menopause.
2)  Torsi (Putaran Tungkai)
           Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik dari abdomen akut.
3) Nekrosis dan Infeksi
     Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder (Prawiroharjo, 1996)

1.5.PROGNOSIS MIOMA UTERI
        Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi yang extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka diharuskan SC (Sectio Caesarea) pada persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.




















BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 ILUSTRASI KASUS
            Seorang pasien wanita, 43 tahun, belum menikah baru masuk IGD pada 5 september 2013 pukul 21. 56 WIB dengan keluhan bengkak di perut sejak 15 tahun yang lalu disertai keluarnya darah dari kemaluan yang abnormal, lebih lama dari haid biasa, lebih banyak dan berbongkah. Sebelumnya pasien telah di USG pada 3 Oktober 2013 dengan hasil uterus besar dari normal dan ditemukan mioma uteri beberapa buah dengan ukuran besar. Pasien didiagnosa oleh Dokter menderita Multiple Mioma ( Mioma Subserosum dan Mioma Intramural) dan Anemia sedang.
            Kemudian pasien dirawat di ruaang gynekologi dengan tujuan perbaikan keadaan umum serta perencana tindakan.













3.2 PENGKAJIAN
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
PADA NY “Y” DENGAN MIOMA UTERI DAN ANEMIA SEDANG DI
RUANG GYNEKOLOGI RSUP DR. M. DJAMIL

I.PENGUMPULAN DATA
A.  IDENTITAS/BIODATA
ISTRI                                                                
Nama                 : Ny “Y”
Umur                 : 43 tahun
Suku/Bangsa      : Minang/Indonesia
Agama               : Islam
Pendidikan        : SLTA
Pekerjaan           : Rumah tangga
Alamat               : Parak Barakah

B.  DATA SUBJEKTIF
1.      Keluhan utama (jika ada pengeluran pervaginam kaji warnanya, bau, banyaknya), nyeri yang dirasakan ibu atau ada pembengkakan      : bengkak di perut sejak 15 tahun yang lalu, haid yang lama ±10 hari, banyak, berbongkah – bongkah.
2.      Riwayat perkawinan
·      Kawin                                                                : belum kawin
3.      Riwayat menstruasi
·      Menarche                                                           : 12 tahun
·      Teratur/tidak                                                      : teratur
·      Siklus                                                                 : 28 hari
·      Sifat                                                                   : encer
·      Banyak                                                               : ± 3 kali ganti pembalut
·      Lama                                                                  : ± 5 hari
·      Dismenorrhoe                                                    : tidak ada
4.      Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
·      Pola nutrisi                     makan                                      minum
-          Frekuensi     :           3 kali sehari                             8 kali sehari                
-          Macam                     :           makanan padat                        air putih
·      Pola eliminasi                 BAK                                       BAB
-          Frekuensi     :           6 kali sehari                             1 kali sehari
-          Warna                      :           jernih kekuningan                    kuning kecoklatan
·      Pola aktivitas
-          Kegiatan sehari – hari                                  : kegiatan rumah tangga dan membantu
orang tua
-   Istirahat/tidur                                      : 8 jam/hari
·      Personal hygiene
-          Kebiasaan mandi                             : 2 kali sehari
-          Membersihkan alat kelamin             : setiap sehabis BAK dan BAK
-          Mengganti pakaian dalam                : 2  kali sehari
-          Jenis pakaian dalam yang digunakan           : katun
5.      Keadaan psikososial spiritual
·      Pengetahuan ibu tentang gangguan/penyakut yang diderita saat ini     :
Ibu sebelumnya tidak pernah mengetahui tentang penyakit yang sedang dideritanya saat ini

C.              DATA OBJEKTIF
1.      Pemeriksaan umum
·         Kesadaran                            : cmc
·         Tanda vital              
-     Tekanan darah                     : 120/80mmHg
-     Nadi                                     : 88x/i
-     Suhu                                     : 36,50C
-     Pernafasan                           : 22x/i
·         BB                                       : 50 kg
·         TB                                        : 155 cm
·         LILA                                               : 24 cm
2.      Pemeriksaan khusus
·                                                                                                     Rambut          : hitam, bersih, tidak mudah mudah rontok, tidak berketombe
·                                             Mata                                          : konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik
·                                             Mulut                                         : mukosa bibir merah muda, tidak ada stomatitis.
Pada gigi tidak terdapat caries dentis, ada sedikit      flak
·                                                                                                        Leher            : tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid dan kelenjer limfe
·                                             Payudara
·      Bentuk                                : simetris bilateral
·      Pembengkakan                    : tidak ada
·      Pengeluaran                        : tidak ada
·                                             Abdomen
·   Inspeksi                                : tampak membuncit seperti usia kehamilan 6 bulan, linea dan striae tidak ada
·   Palpasi                                  : teraba massa 2 jari di atas pusat, permukaan rata, konsistensi padat, mobile sukar dinilai
·                                             Genitalia
·   Pengeluaran per vaginam     : darah
·                                             Ekstremitas
·      Atas                                                : tidak ada oedema, tidak ada sianosis
·      Bawah                                 : tidak ada oedema dan sianosis

D.              PEMERIKSAAN LABORATORIUM
·      Darah :
-       Hb          : 9,4 gr%
-       Ht           : 30 %
E.        PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG : Ukuran uterus besar dari normal, dan tampak mioma uteri beberapa buah dengan ukuran besar sehingga sulit diidentifikasi.
3.3 SOAP
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
PADA NY “Y” DENGANMIOMA UTERI DAN ANEMIA SEDANG
DI RUANG GYNEKOLOGI RSUP DR. M. DJAMIL
S
O
A
P
TANGGAL: 7 Oktober 2013
PUKUL: 10.00 WIB
·   Ibu merasakan perutnya semakin membesar dan keras semenjak 15 tahun yang lalu dan tidak disertai nyeri
·   Ibu mengeluh keluarnya haid lebih dari biasanya yaitu ± 11 hari, jumlahnya banyak dan berbongkah
- KU : sedang
- Kesadaran : CMC
- TTV:
TD :  120/80 mmHg
N   : 86x/i
S    : 37 ºC
P    : 20x/i
·                                                                                      Konjungtiva : pucat
·   Abdomen :
·   Inspeksi : tampak  membuncit seperti usia kehamilan 6 bulan, linea dan striae tidak ada
·   Palpasi     : teraba massa 2 jari diatas pusat, permukaan rata, konsistensi padat.
·   Pengeluaran pervaginam: sedikit darah
·   Pemeriksaan Labor(5 Oktober 2013) :
Hb : 9,4 gr%
Ht : 27%
·   USG:
Ukuran uterus besar dari normal, dan tampak mioma uteri beberapa buah dengan ukuran besar sehingga sulit diidentifikasi.
·   Ibu terpasang  IVFD RL 20 tts/i
·   Therapi:
-       Transamin, vit K, Vit C : 3x1
-       Ceftriaxon 2x1gr IV

Diagnosa :
Ibu dengan multiple mioma (mioma Subserosum dan mioma intramural), serta anemia sedang
-    Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu senang dengan informasi yang disampaikan
-    Memantau keadaan umum ibu, keadaan umum ibu sudah membaik
-    Memantau vital sign ibu, vital sign ibu dalam batas normal
-    Memberikan dukungan emosional kepada ibu, ibu menerima kondisinya saat ini.
-    Melakukan cek Hb post transfusi pada 6 Oktober 2013, Hb post transfusi 9,6gr%
-    Melanjutkan terapi sesuai order dokter, transamin, Vit K, Vit C dan Ceftriaxon (IV) pada pukul 10.00 WIB






S
O
A
P
TANGGAL: 8 Oktober 2013
PUKUL: 10.00 WIB
·   Ibu merasakan tidak ada lagi keluar darah dari kemaluannya
- KU : sedang
- Kesadaran : CMC
- TTV:
TD :  120/80 mmHg
N   : 84x/i
S    : 36,8 ºC
P    : 24x/i
·                                                                                      Konjungtiva : pucat
·   Abdomen :
·   Inspeksi : tampak  membuncit seperti usia kehamilan 6 bulan, linea dan striae tidak ada
·   Palpasi     : teraba massa 2 jari diatas pusat, permukaan rata, konsistensi padat.
·   Pengeluaran pervaginam: tidak ada
·   Pemeriksaan Labor :
Hb : 9,6 gr%
Ht : 30%
·   USG:
Ukuran uterus besar dari normal, dan tampak mioma uteri beberapa buah dengan ukuran besar sehingga sulit diidentifikasi.
·   Ibu terpasang  IVFD RL 20 tts/i
Diagnosa :
Ibu dengan multiple mioma (mioma Subserosum dan mioma intramural), serta anemia sedang
-    Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu senang dengan informasi yang disampaikan
-    Memantau keadaan umum ibu, keadaan umum ibu sudah membaik
-    Memantau vital sign ibu, vital sign ibu dalam batas normal
-    Melakukan pemberian transfusi darah sesuai order dokter, transfusi telah diberikan 1 kantong pada 8 oktober 2013.
















BAB IV
PENUTUP
4.1    KESIMPULAN
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah Fibronoma, leimioma atau poun Fibrid (Saifuddin, 1999). Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu: Mioma Uteri Subserosum, Mioma Uteri Intramural, Mioma Uteri Submukosum. Berikut ini tanda dan gejalanya perdarahan abnormal, nyeri, gejala dan tanda penekanan, infertilitas dan abortus. Gejala-Gejala Sekunder yaitu: anemia, lemah, pusing-pusing, sesak nafas, asites, polisitemia.
Penatalaksanaan mioma uteri adalah Konservatif dengan Pemeriksaan Periodik, Pengobatan Medikamentosa dengan GnRH, Tindakan Operatif (Myomectomi, Histerektomi), Radioterapi, Uteri Fibroid Embolization.
Pada kasus ini, Ny”Y” datang dengan keluhan perut membesar dan keras sejak 15 tahun yang lalu disertai perdarahan yang abnormal, lebih dari 7 hari, jumlah banyak, dan berbongkah. Berdasarkan hasil USG diketahui bahwa uterus ibu besar dari normal dan ditemukan beberapa mioma uteri. Setalah dilakukan pemeriksaan laboratorium, ternyata Hb pasien 9,6gr%. Pasien dirawat dengan tujuan perbaikan keadaan umum dengan pemantauan keadaan umum, pemantauan tanda vital, dukungan emosional, serta pemberian transfuse darah
4.2    SARAN
Bagi ibu yang memiliki keluhan seperti diatas penulis menyarankan agar ibu segera memeriksakan kondisinya  di petugas kesehatan, sehingga kondisi ibu terpantau dan bila terjadi komplikasi dapat ditangani sedini mungkin.

0 komentar:

Posting Komentar