- See more at: http://blog-rangga.blogspot.com/2013/01/cara-mengganti-icon-kursor-blog-dengan.html#sthash.s4mqEevC.dpuf SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI
Loading
18.20

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PATOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Penyebab kematian maternal yang terpenting di Indonesia seperti halnya di negara lain 95% disebabkan trias klasik, yaitu perdarahan, preeklamsi dan eklamsi, serta infeksi. Penyebab tak langsung seperti penyakit hepatitis, tuberculosis, anemia, malaria, diabetes mellitus (Manuaba, 2001). Kematian dan kesakitan ibu juga berkaitan dengan pertolongan persalinan dukun sebanyak 80% dan berbagai faktor sosial budaya dan faktor pelayanan medis (Manuaba, 2001).

1.2.       Tujuan
1.2.1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu postpartum dengan Sectio Caesarea atas indikasi PEB di Rawat Gabung Irna Kebidanan RSUP Dr. M. Damil Padang.


1.2.2.      Tujuan Khusus
1.2.2.1                 Melakukan pengkajian data subjektif pada ibu postpartum dengan Sectio Caesarea atas indikasi PEB di rawat gabung Irna A Kebidanan RSUP Dr.M. Djamil Padang.
1.2.2.2                 Melakukan pengkajian data objektif pada ibu postpartum dengan Sectio Caesarea atas indikasi PEB di rawat gabung Irna A Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
1.2.2.3                 Melakukan Analisa/diagnosa masalah pada ibu postpartum dengan Sectio Caesarea atas indikasi PEB di rawat gabung Irna A Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
1.2.2.4                 Melakukan penatalakasanaan asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan Sectio Caesarea atas indikasi PEB di rawat gabung Irna A Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
1.2.2.5                 Melakukan pendokumentasian SOAP

1.3.       Batasan Masalah
Masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah bagaimana menerapkan asuhan kebidanan pada ibu postpartum dengan Sectio Caesarea atas indikasi PEB di rawat gabung Irna A Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.



BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Pre Eklampsia Berat
1. Pengertian
            Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang        disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri, sebab terjadinya masih belum jelas.      preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke 20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal           (Cunningham, 2005).
            Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan             proteinuria yang timbul saat kehamilan. Pre eklampsia berat  adalah penyakit yang        mempuyai dua atau lebih gejala seperti tekanan sistolik Tekanan darah sistolik >160 mmHg, Tekanan darah diastolik >110 mmHg, proteinuria > 5 g dalam 24 jam, Oliguaria < 400 ml/24 jam, keluhan serebral, nyeri epigasrtium, edema paru-paru atau sianosis (Wiknjosastro, 2007)

2.    Etiologi
            Penyebab pasti Preeklampsia masih belum jelas. Hipotesa faktor-faktor etiologi Preeklampsia bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu : genetic, imunologik, gizi dan infeksi serta infeksi antara factor-faktor tersebut.  Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal dengan “The disease of theory” adapun teori-teori tersebut antara lain :
1.      Peran prostasiklin dan tromboksan S
Pada Preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI-2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2.      Peran faktor imunologis Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama, hal ini dihubungkan dengan pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta yang tidak sempurna. Beberapa wanita dengan Preeklampsia mempunyai kompleks imun dalam serum. Beberapa study yang mendapati aktivasi komplemen dan system imun humoral pada Preeklampsia.
3.      Peran faktor genetik / familial Beberapa bukti yang mendukung factor genetik pada Preeklampsia antara lain:
·         Preeklampsia hanya terjadi pada manusia
·         Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia.
·         Kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anak cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia dan bukan ipar mereka.
·         Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron-System (RAAS).

  1. Patofisiologi  
     Perubahan pokok pada preeklampsia adalah spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Dengan biopsi ginjal, Althchek dkk. (1968) menemukan      spasmus yang hebat pada arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola       demikian kecilnya sehingga hanya dilalui oleh satu sel darah merah. Bila dianggap bahwa     spasmus arteriola juga ditemukan di seluruh tubuh, maka mudah dimengerti bahwa        tekanan darah yang meningkat tampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer, agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi, kenaikan berat badan dan oedema disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial.
Telah diketahui bahwa pada preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi daripada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk            mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada    preeklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat (Wiknjosastro, 2007). Perubahan-perubahan yang terjadi pada preeklampsia :
·         Perubahan pada plasenta dan uterus
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Hal ini menyebabkan terjadinya gawat janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering didapatkan pada preeklampsia dan eklampsia.
·         Perubahan pada ginjal
Disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyababkan filtrasi glomerulus mengurang. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan air.
·         Perubahan pada retina
Pada peeklampsia tampak oedema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. perubahan lainnya pada retina yaitu retinopatia arteriosklertika, ablasio retina, skotoma, diplopia dan ambliopia.
·         Perubahan pada paru-paru
Oedema paru-paru merupakan sebab utama kematian preeklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri.
·          Perubahan pada otak
Resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi daripada eklampsia. Walaupun demikian, aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen oleh otak hanya menurun pada eklampsia.
·         Perubahan pada metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyertai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui sebabnya. Terjadi pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, sering bertambahnya oedema menyebabkan volume darah mengurang dengan akibat hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran tentang perbaikan keadaan penyakit dan tentang berhasilnya pengobatan.

4.  Gejala-gejala Preeklampsia berat
            Biasanya tanda-tanda Preeklampsia timbul dalam urutan: pertambahan berat           badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada           Preeklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif.
Pada Preeklampsia berat, Gejala-gejalanya adalah :
-        Tekanan darah sistolik ³ 160 mmHg, tekanan darah diastolik ³ 110 mmHg
-        Peningkatan kadar enzim hati/ icterus
-        Trombosit < 100.000/mm³
-        Oliguaria < 400 ml/24 jam
-        Proteunaria > 3 g/liter
-        Nyeri epigastrium
-        Skotoma dan gangguan virus lain atau nyeri frontal yang berat
-        Perdarahan retina
-        Oedema pulmonum
-        Koma (Winkjosastro,2007).

5        Komplikasi  Preeklampsia berat
            Komplikasi - komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi berikut ini biasanya terjadi pada Preeklampsia berat dan eklampsia :
  1. Solusio plasenta, komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada Preeklampsia.
  2. Hipofibrinogenemia, pada Preeklampsia berat.
  3. Hemolisis, penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum di ketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
  4. Nekrosis periportal hati sering di temukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
  5. Perdarahan otak, komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
  6. Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung sampai seminggu.
  7. Oedema paru-paru.
  8. Nekrosis hati, nekrosis periportal hati pada Preeklampsi – eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
  9. Sindrom HELLP yaitu  haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
  10. Kelainan ginjal.
  11. Komplikasi lain, lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi. 
  12. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra – uterin.

5. Pencegahan Preeklampsia berat
a)      Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring ditempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
b)      Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda  Preeklampsia berat dan mengobatinya segera apabila di temukan.
c)      Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat tanda-tanda Preeklampsia berat tidak juga dapat di hilangkan.
d)     Penilaian kondisi janin dalam rahim. Pemantauan tinggi fundus uteri, pemeriksaan gerak janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban.
            Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan sikap yang paling tepat dilakukan.

6. Penanganan Preeklampsia berat
        Penanganan preeklampsia berat bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi    eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal      dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Semua kasus preeklampsia berat harus         ditangani secara aktif. Penanganan umum preeklampsia berat antara lain :
a.       Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi. Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan diastolik diantara 90-100 mmHg dan mencegah perdarahan serebral. Berikan hidralazin 5 mg IV, pelan-pelan setiap 5 menit sampai tekanan darah turun atau berikan hidralizin 12,5 mg IM setiap 2 jam.  Jika tidak tersedia, berikan: a. labetolol 10 mg IV, jika tekanan diastolik tetap >110 mmHg, berikan labetolol 20 mg IV, naikkan dosis sampai 40 dan 80 mg jika tekanan diastolik tetap >110 mmHg sesudah 10 menit. b. nifedipin 5 mg sublingual, jika tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5 mg sublingual. c. metildopa 3 x 250 – 500 mg/hari.
b.      Pasang infus dengan jarum besar (16 gauge atau lebih besar).
c.       Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan. Kateterisasi urine untuk memantau pengeluaran urine dan proteinuria.
d.      Jika jumlah urine < 30 ml/jam : a. Hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan IV (NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per 8 jam. b. Pantau kemungkinan oedema paru.
e.       Jangan tinggalkan pasien sendirian.
f.       Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam.
g.      Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru.
h.      Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretik, misalnya furosemid 40 mg IV, sekali saja jika ada edema paru.
i.        Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test). Jika ada pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
                  Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda-tanda preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang.         Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut dapat diatasi dapat difikirkan cara terbaik untuk menghentikan kehamilan. Tindakan ini perlu utuk seterusnya bahaya eklampsia.
      Sebagai pengobatan untuk mencegah timbuya kejang-kejang dapat diberikan:
a.       Larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10 ml (4gram), disuntikkan intramuskulus bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan dan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan sulfas magnesikus hanya diberikan bila diuresis baik, refleks patella positif, dan kecepatan pernafasan lebih dari 16x/i. obat tersebut, selain menenangkan juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan dieresis.
b.      Klorpomazin 50 mg intramuskulus;
c.       Diazepam 20 mg, intramuskulus.
     Kadang – kadang keadaan penderita dengan pengobatan tersebut menjadi lebih baik. Akan tetapi umumnya pada preeklampsia berat sesudah bahaya akut berakhir sebaiknya dipertimbangkan untuk menghentikan kehamilan oleh karena dalam keadaan demikian   harapan bahwa janin hidup terus tidak besar dan adanya janin dalam uterus menghambat sembuhnya penderita dari penyakitnya.

Penanganan preeklampsia berat pada saat persalinan
Rangsangan untuk menimbulkan kejangan dapat berasal dari luar dari penderita sendiri, dan his persalinan merupakan rangsangan yang kuat. Maka dari itu preeklampsia berat lebih mudah menjadi eklampsia pada waktu persalinan.


a.       Pada persalinan diperlukan sedativa dan analgetik yang lebih banyak.
b.      Pada kala II, pada penderita dengan hipertensi bahaya perdarahan dalam otak lebih besar sehingga hendaknya persalinan diakhiri dengan forcep ekstraksi  dengan memberikan narkosis umum untuk menghindari rangsangan pada susunan saraf pusat.
c.       Anastesi lokal dapat diberikan bila tekanan darah tidak terlalu tinggi dan penderita masih samnolen karena pengaruh obat.
d.      Hindari pemberian ergometrin pada kala III karena dapat menyebabkan kontriksi pembuluh darah dan dapat meningkatkan pembuluh darah.
e.       Pemberian obat penenang diteruskan sampai dengan 48 jam postpartum karna ada kemungkinan setelah persalinan tekanan darah akan naik dan berlanjut menjadi eklampsia. (Winkjosastro, Hanifa, 2007, Hal. 294)





2.2 Sectio Cesarea
2. 2. 1.  Pengertian
Operasi Caesar atau sering disebut dengan seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus). Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500gram. ( Wiknjosastro,2005).  Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan diatas 500 gram , melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Jenis–jenis seksio sesare :
1. Seksio sesarea klasik (korporal)
    Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira sepanjang 10 cm.
2. Seksio sesarea ismika (profunda)
    Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm.

2. 2. 2.  Etiologi
1. Indikasi yang berasal dari ibu ( etiologi ).
          Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul) ada, sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ), gangguan perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya ).
2. Indikasi yang berasal dari janin.
           Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.

2. 2. 3.  Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal tidak memungkinkan akhirnya harus dilakukan SC.

2. 2. 4.  Manifestasi
a.       Preeklamsia ringan
Preeklampsia ringan diikuti oleh beberapa gejala klinis antara lain:hipertensi antara 140/90 atau kenaikan systole dan diastole 30 mmHg/15 mmHg.Oedema kaki tangan atau muka atau kenaikan berat badan 1 kg/mgg, proteinuria 0.3 gr/24 jam atau plus 1-0,oliguria.
b.      Preeklamsia berat
Preeklamsia berat ditandai dengan gejala klinis; hipertensi 160/110 mmHg, proteinuria 5gr/24 jam atau plus 4-5 oliguria 400cc/24 jam, oedema paru dapat disertai sianosis.serta disertai keluhan subjektif:nyeri kepala frontal,gangguan penglihatan,nyeri epigastrium.


c.       Eklampsia
Eklampsia ditandai dengan gejala-gejala preeclampsia YanG disertai koma ataupun konvulsi.

2. 2. 5.  Komplikasi
1.Infeksi puerperal
         Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dsb.
2.Perdarahan
         Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru, dan          sebagainya sangat jarang terjadi.
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea klasik.

Anjuran Operasi
·         Dianjurkan jangan hamil lebih kurang satu tahun dengan munggunakan alat kontrasepsi.
·         Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengam antenatal yang baik.
·         Yang dianut adalah “Once a cesarean not always a cesarean” kecuali pada panggul sempit atau disporposi segala pelvik.

2. 2. 6.  Pemeriksaan penunjang
 - USG, untuk menetukan letak impiantasi plasenta.
 - Pemeriksaan hemoglobin
 - Pemeriksaan Hema tokrit

2. 2. 7.  Penatalaksanaan
1. Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea
    a. Persiapan Kamar Operasi
·         Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai
·         Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi

     b. Persiapan Pasien
·         Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.
·         Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
·         Perawat member support kepada pasien.
·         Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur dan   sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic).
·         Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit yang pernah di derita oleh pasien.
·         Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).
·         Pemeriksaan USG.
·         Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.


2. Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
    a. Analgesia
           Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.
·         Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg.
·         Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.
Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.

    b. Tanda-tanda Vital
             Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.

    c. Terapi cairan dan Diet
          Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada hari kedua.

    d. Vesika Urinarius dan Usus
               Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.

    e. Ambulasi
              Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan pertolongan.


     f. Perawatan Luka
              Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
    g. Laboratorium
               Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.

    h. Perawatan Payudara.
             Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

     i. Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit.
                   Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain.





























BAB III
STUDI KASUS

3.1 Ilustrasi Kasus
Seorang pasien wanita P1A1H1 masuk Kamar Rawat Irna Kebidanan Pada tanggal 1 Oktober 2013 pindahan dari HCU kebidanan, post SC atas indikasi PEB dan CPD. Sebelumnya pasien masuk melalui IGD, rujukan dari RSUD Dr. Rasyidin Padang Pada 27 September 2013 pukul 18.42 WIB dengan diagnosa Ibu G2P0A1H0 gravid aterm + inpartu + PEB.
Pasien melahirkan seorang anak perempuan, hidup, BB 3900gr, PB 50cm, anus ada, A/S 8/9 dengan SC atas indikasi PEB + CPD pada 27 September 2013 pukul 23.00.


















MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS  PADA NY “A” P1 A1 H1 POST SC ATAS INDIKASI PRE EKLAMPSIA BERAT DAN CPD DI RUANG RAWAT
GABUNG KEBIDANAN RSUP Dr. M DJAMIL PADANG
TANGGAL 3 OKTOBER 2013

I.          PENGUMPULAN DATA
A.    Identitas / Biodata
Nama ibu                                 : Ny. “A”
Umur                                       : 38 tahun
Suku / bangsa                          : Minang/ Indonesia
Agama                                     : Protestan
Pendidikan                              : SMP
Pekerjaan                                 : IRT
Alamat rumah                         : Lubeg
Telepon                                   : 081278560709

Nama Suami                            : Tn. “T”
 Umur                                      : 40 tahun
Suku / bangsa                          : Minang/ Indonesia
Agama                                     : Protestan
Pendidikan                              : SD
 Pekerjaan                                : swasta
 Alamat rumah                                    : Lubeg
 
B.            ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)
Tanggal           : 3 Oktober 2013
Pukul               : 07.00
Alasan masuk  : ibu post SC hari ke VI atas indikasi PEB + CPD
1.         Riwayat menstruasi
a. Menarche                                          : ± umur 13 th
b. Siklus                                                : 28 hari
c. Lama                                                 : 5-7 hari
d. Banyaknya                                       : 2-3x ganti pembalut
e.Sifat darah                                         : encer
f. Disminorea                                        : tidak ada
2.         Riwayat perkawinan
a. Kawin                                               : Th 2000
b.Setelah kawin berapa lama hamil      : 2 Th
3.         Riwayat persalinan
a.       Tempat melahirkan                                    : RSUP. Dr. M. Djamil Padang
b.      Ditolong oleh                                            : Dokter
c.       Tanggal persalinan /Jam persalinan           : 27 September 2013 / 23.00 WIB
d.      Ibu
·         Jenis persalinan           : buatan (SC)
·         Komplikasi                  : ibu menderita preeclampsia berat + CPD
·         Plasenta                       :
-          Ukuran                        : normal
-          Berat                           : ± 660 gram
-          Kelainan                      : tidak ada
·         Panjang tali pusat              : ± 60 cm
·         Perineum                           : Tidak ada laserasi
e.       Bayi
·         Lahir                                  : hidup
·         Jenis kelamin                     : perempuan
·         BB/PB                               : 3900 gram/ 50 cm
·         Anus                                  : ada
·         Cacat bawaan                    : tidak ada
·         Masa gestasi                      : aterm
·         Air ketuban                      
-          Banyak            : ± 500 cc
-          Keadaan          : jernih

4. Riwayat kehamilan,persalinan, nifas yang lalu
No
Tgl lahir anak
Usia kehamilan
Tempat persalinan
Jenis persalinan
Penolong
Komplikasi
Bayi
Nifas
Ibu
Bayi
Jk
BB/PB
Keadaan
Laktasi
Keadaan
1
Abortus












2
Ini












5. Riwayat kesehatan
  1. Riwayat Penyakit
Jantung                                                            : tidak ada
Ginjal                                                              : tidak ada
Asma/TBC Paru                                              : tidak ada
Hepatitis                                                          : tidak ada
D. M.                                                               : tidak ada
Hipertensi                                                        : tidak ada
Epilepsi                                                           : tidak ada
PMS                                                                : tidak ada
  1. Riwayat Alergi           
Makanan                                                         : tidak ada
Obat-obatan                                                    : tidak ada

c.   Riwayat Transfusi Darah                                  : tidak ada
d.   Riwayat pernah mengalami gangguan jiwa     : tidak ada
6.   Riwayat kesehatan keluarga:
  1. Riwayat penyakit
Jantung                                                            : tidak ada
Ginjal                                                              : tidak ada
Asma                                                               : tidak ada
TBC                                                                : tidak ada
D. M.                                                               : tidak ada
Hipertensi                                                        : tidak ada
Epilepsi                                                           : tidak ada
  1. Riwayat kehamilan
Gamelli/ Kembar                                             : tidak ada
c. Psikologis                                                          : tidak ada
7. Pola makan
Makan sehari-hari
Pagi         : 1 piring nasi goreng   + 1 butir telur + 1 gelas air putih
Siang       : 1 piring nasi + 1/2 potong lauk + 1/2 mangkuk sayur + 1 gelas air putih
Malam     : 1 piring nasi + ½ potong lauk + ½ mangkuk sayur + 1 gelas air putih
masalah   :Tidak ada
8. Pola eliminasi
a.       BAK
1. Frekuensi       : ±3x sehari
2. Warna            : Kuning jernih
3. Keluhan         : Tidak ada
b.   BAB
1. Frekuensi       :  ±1x sehari
2. Warna            : Kuning kecoklatan
3. Konsistensi    : Lunak
4. Keluhan         : tidak ada
9. Pola istirahat dan tidur
a. Siang                       :  ±1 jam
b. Malam                     :  ± 7 jam

C.    DATA OBJEKTIF
a. PEMERIKSAAN UMUM
1.      Keadaan umum                                            : sedang
2.      Keadaan emosional                                      : stabil
3.      Tanda vital                                                  
·      Tekanan darah                                       : 160/100 mmHg
·      Nadi                                                       : 88 x/i
·      Pernafasan                                             : 22 x/i
·      Suhu                                                       : 37,4 C
4.      BB Sekarang                                                : 62 kg
5.      TB                                                                : 145 cm

b. PEMERIKSAAN KHUSUS
a.       Mata                                           : conjuctiva pucat, sklera tidak ikterik
b.      Muka                                          : terdapat cloasma gravidarum,dan sedikit oedema
c.       Mulut                                          : mukosa bibir dan lidah lembab,tidak ada stomatitis
d.      Gigi                                            : bersih,tidak ada flak dan tidak ada caries
e.       Leher                                          : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan                               kelenjar limfe
f.       Payudara                                                     
· Pengeluaran                              : ASI (+)
· Bentuk                                      : simetris
· Putting susu                              : menonjol

g.  Abdomen                                                     
· Tinggi fundus uteri                   : pertengahan pusat dan simfisis
· Kontraksi                                  : baik
· Bekas luka operasi                    : baik

h. Pengeluaran lochia
· Warna                                       : merah-kecoklatan (lochea sanginolenta)
· Jumlah                                       : normal

i. Perineum                                       : Tidak ada jahitan

 j. Kandung kemih                           : Tidak teraba
k. Ekstremitas atas dan bawah                         
· Oedema                                    : ada
· Sianosis pada ujung jari            : tidak ada
· Kemerahan                                : tidak ada
· Pergerakkan                              : normal

D.    PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.      Darah
-  Golongan Darah                                         : O
-  Hb                                                               : 7.6 gr%
-  Protein                                                        : +



MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS  PADA NY “A” P1 A1 H1 POST SC ATAS INDIKASI PRE EKLAMPSIA BERAT DI RUANG RAWAT
                          GABUNG KEBIDANAN RSUP Dr. M DJAMIL PADANG                         
TANGGAL 3 OKTOBER 2013

SUBJEKTIF
OBJEKTIF
ASSESSMENT
PELAKSANAAN
Tanggal :
3 Oktober 2013
Pukul :
07.00 WIB

 Ibu mengatakan:
- melahirkan tanggal 27 september 2013 dan bayi hidup dengan operasi
- ini anak ke dua, anak pertama keguguran
- masih merasakan nyeri pada bekas luka operasi.
- Tidak terdapat nyeri kepala, pandangan kabur, dan nyeri pada ulu hati.

-  Keadaan umum: Sedang
-  Keadaan emosional : stabil
-  TTV:                                   : tidak stabil
TD : 160/110 mmHg
S    : 37,4˚C
P    : 22x/i
N   : 88x/i

Pemeriksaan Khusus
-  Mata : conjuctiva
pucat, sklera
tidak ikterik
-  Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar limfe
-   Payudara
Pengeluaran : ASI(+) bentuk : simetris Putting susu: menonjol
-   Abdomen
TFU : pertengahan pusat dan symfisis
Kontraksi : baik
Bekas luka operasi : baik
-   Pengeluaran lochia
Warna : merah-jingga  
Jumlah : normal 
Kandung kemih : Tidak teraba
-   Ekstremitas atas dan bawah
Oedema : tidak ada                                                                                                                          : normal

-   Terapi:
·      ceftriaxone 2x1g(iv)
·      vit c 1x1amp(iv)
·      antalgin 3x1
·      SF 1x1
·      Methyldopa 3x500gr

-  Pemeriksaan Labor
·      Hb        : 7.8 gr%
·      Protein : +

Ibu P1A1H1 Post SC 6 hari + PEB + CPD
1.Menginformasikan kepada pasien dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu sudah mulai membaik, pasien dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan.

2.Melakukan pengontrolan keadaan umum ibu dan pengontrolan Vital sign, keadaan umum ibu sedang,
-  TD: 160/100mmHg
-  N: 88x/i
-  S: 37,4˚C
-  P: 22x/i

3.Merencanakan pemberian transfusi darah sesuai dengan instruksi dokter, transfusi darah belum diberikan dengan alasan stok darah di PMI tidak tersedia



4.Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu memberikan ibu injeksi ceftriaxon  2 x1g dan injeksi vit c 1xamp secara IV,
serta mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi obat oral yang telah diberikan seperti antalgin 3 x 1,
SF 1 x 1, dan
Mthyldopa  3x500 gr , Ibu telah diinjeksikan ceftriaxon dan vit C secara IV  pukul 06.00 WIB dan ibu telah minum obat oral yang sudah diinstruksikan.

5.Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi asupan nutrisinya serta mengurangi konsumsi garam agar tekanan darah ibu tetap stabil, ibu sudah menghabiskan makanan dengan diet rendah garam yang diberikan oleh petugas.

6.Menganjurkan ibu untuk mencukupi kebutuhan istirahat guna memulihkan kondisi ibu, Ibu mengatakan sudah beristirahat cukup.


7.Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya, ibu menyusui bayinya ± 1x3 jam

8.Menganjurkan ibu untuk terus menjaga kebersihan payudara, ibu melakukan perawatan payudara setiap akan dan selesai menyusui bayinya.

9.Mengingatkan ibu tentang personal hygiene,  ibu sudah menjaga personal hygienenya














BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
            Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan             proteinuria yang timbul saat kehamilan. Pre eklampsia berat  adalah penyakit yang        mempuyai dua atau lebih gejala seperti tekanan sistolik Tekanan darah sistolik ³ 160 mmHg, Tekanan darah diastolik ³ 110 mmHg, proteinuria > 5 g dalam 24 jam, Oliguaria       < 400 ml/24 jam, keluhan serebral, nyeri epigasrtium, edema paru-paru atau sianosis            (Wiknjosastro, 2007)
Pada Preeklampsia berat, Gejala-gejalanya adalah :
-        Tekanan darah sistolik ³ 160 mmHg, tekanan darah diastolik ³ 110 mmHg
-        Peningkatan kadar enzim hati/ icterus
-        Trombosit < 100.000/mm³
-        Oliguaria < 400 ml/24 jam
-        Proteunaria > 3 g/liter
-        Nyeri epigastrium
-        Skotoma dan gangguan virus lain atau nyeri frontal yang berat
-        Perdarahan retina
-        Oedema pulmonum
-        Koma (Winkjosastro,2007).
Operasi Caesar atau sering disebut dengan seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus).

4.2.Saran
Semoga studi kasus ini bermanfaat bagi pembaca dan para institusi kesehatan untuk dijadikan sebagai acuan dalam memberikan asuhan.


0 komentar:

Posting Komentar